Tuesday 2 January 2018

INFLASI



Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi. Syarat adanya kecenderungan menaik yang terus menerus juga perlu diigat, karena kenaikan harga karena musiman, menjelang hari-hari besar atau terjadi sekali saja, dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan tidak disebut inflasi. Seandainya harga-harga dari sebagian diatur pemerintah, maka harga-harga yang dicatatat Biro Statistik mungkin tidak menunjukkan kenaikan apapun yang dicatat adalah harga harga resmi. Tetapi kenyataanya yang terjadi ada kecenderungan bagi harga-harga untuk terus menaik. Dalam hal ini inflasi sebetulnya ada, tetapi tidak diperlihatkan. Keadaan ini disebut surprissed inflation atau inflasi yang ditutupi.
sumber. www.keywordsking.com
Inflasi Sebagai Konsep Teori
1. Teori Kuantitas
            Inti dari teori kuantitas, Inflasi terjadi dikarenakan penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun giral. Bila terjadi kegagalan panen misalnya, yang menyebabkan harga beras di pasaran melambung tinggi, apabila disertai jumlah uang yang beredar tidak ditambah, maka kenaikan harga beras akan berhenti dengan sendirinya. Inti yang kedua adalah laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan uang yang beredar dan psikologi atau harapan masyarakat mengenai kenaikan harga di masa yang akan datang.
2. Teori Keynes
            Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Proses infllasi menurut teori ini adalah proses perebutan bagian rezeki di antara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat. Proses ini diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang yang tersedia.
3. Teori Strukturalis
            Teori yang menyatakan bahwa inflasi didasarkan atas pengalaman di Negara Amerika Latin. Teori ini memberi tekanan pada ketegaran dari struktur perekonomian yang sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian. Menurut teori ini ketegaran utama ada dua macam:
1.      Ketegaran pertama, berupa ketidak-elastisan dari penerimaan ekspor, yaitu nilai ekspor yang tumbuh secara lamban dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Kelambanan ini disebabkan oleh harga di pasar dunia dari barang-barang ekspor negara tersebut makin tidak menguntungkan dibanding dengan barang barang-barang impor yang harus dibayar.
2.      Ketagaran kedua, ketidak-elastisan dari produksi bahan makanan di dalam negeri. Produksi makanan dalam negeri tidak tumbuh secepat pertambahan penduduk dan penghasilan per kapita, sehingga harga bahan makanan di dalam negeri cenderung untuk menaik melebihi barang barang lainnya.
            Dengan demikian inflasi dapat disimpulkan dari teori stukturalis yaitu, teori ini menrengkan proses inflasi jangka panjang di negara-negara yang sedang berkembang, jumlah uang yang beredar di masyarakat bertambah secara pasif mengikuti dan menampung kenaikan harga barang-barang tersebut. Proses inflsi tersebut dapat berlangsung terus hanya bila jumlah uang yang beredar juga bertambah.
Pengelompokan Inflasi
1. Menurut Parah Tidaknya Inflasi
1.    a. Inflasi Ringan (di bawah 10% setahun) ditandai dengan kenaikan harga berjalan secara lambat dengan presentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif.
2.    b. Inflasi Sedang (antara 10-30% setahun) ditandai dengan kenaikan harga yang relatif cepat atau perlu diwaspadai dampaknya terhadap perekonomian
3.    c. Inflasi Berat (antara 30-100% setahun) ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang artinya harga minggu atau bulan ini lebih tiggi daripada minggu atau bulan sebelumnya.
4.      d. Hiperinflasi (di atas 100% setahun) di mana inflasi ini paling parah akibatnya. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang, nilai uang merosot dengan tajam, sehingga ditukar dengan barang. Harga-harga naik lima sampai enam kali. Biasanya keadaan ini timbul oleh adanya perang yang dibelanjai atau ditutupi dengan mencetak uang.
2. Menurut Penyebab dari Inflasi
1.    a. Inflasi Permintaan (demand pull inflation). Inflasi ini timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai macam barang terlalu kuat. Inflasi ini terjadi karena kenaikan permintaan agregat di mana kondisi perekonomian telah berada pada kesempatan kerja penuh. Jika kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh, maka kenaikan permintaan tidak lagi mendorong kenaikan output ataupun produksi tetapi hanya mendorong kenaikan harga-harga yang disebut inflasi murni.
2.   b. Inflasi Biaya Produksi (cost push inflation). Inflasi ini timbul karena kenaikan biaya produksi atau berkurangnya penawaran agregatif. Pada cost push inflation tingkat penawaran lebih rendah dibandingkan tingkat permintaan. Karena adanya kenaikan harga faktor produksi sehingga produsen terpakasa mengurangi produksinya sampai jumlah tertentu.
3. Menurut Asal Usul Inflasi
1.      Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation). Inflasi dari dalam negeri timbul misalnya karena defisit anggaran belanja, panenan gagal, dan sebagainya.
2.      Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation) inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga di luar negeri atau di negara-negara langganan berdagang kita. Inflasi dari luar negeri adalah kenaikan harga-harga barang yang kita impor mengakibatkan yaitu, secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian dari barang-barang yang tercakup didalamnya berasal dari impor, secara tidak langsung menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi dari berbagai barang yang menggunakan bahan mentah, menimbulkan kenaikan harga di dalam negeri, karena kenaikan harga barang-barang impor mengakibatkan kenaikan pengeluaran pemerintah atau swasta yang berusaha mengimbangi kenaikan harga impor tersebut.
4. Menurut Sifat Inflasi
1.    a. Inflasi Merayap (creeping inflation) ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun). Kenaikan harga berjalan secara melambat, dengan presentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama.
2.  b. Inflasi Menengah (galloping inflation) ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar, dan kadangkala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya, harga-harga minggu atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan lalu dan seterusnya. Efeknya terhadap perekonomian lebih berat daripada inflasi yang merayap.
3.   c. Inflasi Tinggi (hyper inflation) merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai lima atau enam kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam, sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.
5. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
1.   a. Inflasi Umum (Headline Inflation) Inflasi umum adalah komposit dari inflasi inti, inflasi administired prices, dan inflasi volatile goods. Atau dengan kata lain inflasi umum adalah inflasi seluruh barang dan jasa yang dimonitori secara periodik
2.    b. Inflasi Inti (core inflation), adalah inflasi barang dan jasa yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum, seperti ekspetasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan permintaan dan penawaran, yang sifatnya cenderung permanen, persistent, dan bersifat umum.
3.     c. Inflasi yang harganya diatur pemerintah (administered prices inflation) inflasi barang dan jasa yang perkembangan harganya secara umum dapat diatur pemerintah.
4.    d. Inflasi Bergejolak (volatile goods) barang dan jasa yang perkembangan harganya sangat bergejolak. Inflasi volatile goods masih didominasi bahan makanan, sehingga sering disebut juga sebagai inflasi volatile foods. Jumalh komoditasnya sebanyak 61 antara lain beras, minyak goreng, cabe, daging ayam ras, dan sebagainya.
Beberapa Implikasi Inflasi
            Inflasi tidak selalu berdampak buruk bagi perekonomian. Inflasi yang terkendali justru dapat meningkatkan kegiatan perekonomian. Berikut adalah akibat-akibat yang ditimbulkan inflasi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat.
1. Dampak Inflasi Terhadap Pendapatan
        Inflasi dapat mengubah pendapatan masyarakat. Perubahan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. Pada beberapa kondisi (kondisi inlasi lunak), inflasi dapat mendorong perkembangan ekonomi. Inflasi dapat mendorong para pengusaha memperluas produksinya. Dengan demikian, akan tumbuh kesempatan kerja baru sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang. Namun, bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap inflasi akan menyebabkan mereka rugi karena penghasilan yang tetap itu jika ditukarkan dengan barang dan jasa akan semakin sedikit.
2. Dampak Inflasi Terhadap Ekspor
       Pada keadaan inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor makin mahal. Masih dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh juga semakin kecil.
3. Dampak Inflasi terhadap Minat Masyarakat untuk Menabung
          Pada masa inflasi, pendapatan riil para penabung berkurang karena jumlah bunga yang diterima pada kenyataanya berkurang karena laju Inflasi. Misalnya, bulan Januari tahun 2006 seseorang menyetor uangnya ke bank daam bentuk deposit dalam satu tahun. Deposito tersebut menghasilkan bunga sebesar, misalnya 15% per tahun. Apabila tingkat inflasi sepanjang Januari 2009-Januari 2010 cukup tinggi, katakanlah 11% , maka pendapatan dari uang yang didepositokan tinggal 4%. Minat orang untuk menabung berkurang.
4. Dampak Inflasi Terhadap Sektor Rill
         Pembahasan dampak inflasi terhadap sektor riil secara khusus adalah akan menghambat atau menggangu proses pertumbuhan di sektor riil. Hal ini dikarenakan, dengan terjadinya inflasi maka tingkat pembelian masyarakat akan mengalami penurunan dan selajutnya penurunan ini akan menyebabkan pihak produsen harus mengurangi tingkat produksi (output) yang berujung kepada pemutusan hubungan kerja dan bertambahnya pengangguran. Selain itu, disaat terjadi inflasi yang tinggi maka suku bunga yang ditetapkan otoritas moneter juga meningkat. Oleh karena itu, sektor riil pada saat suku bunga tinggi mengalami kesulitan dana baik untuk meningkatkan produksi atau mengembangkan usahanya karena semakin tingginya dalam biaya modal.

No comments:

Post a Comment

SEJARAH KEJAYAAN KERAJAAN MAJAPAHIT

Upaya yang dilakukan dalam menumpas pemberontakan Sadeng dan Keta pada masa pemerintahan Tribhuwana Wijayatunggadewi             Tahun...