sumber. www.keywordsking.com
Inflasi Sebagai Konsep
Teori
1. Teori Kuantitas
Inti dari teori kuantitas, Inflasi terjadi dikarenakan penambahan volume uang beredar, baik
uang kartal maupun giral. Bila terjadi kegagalan panen misalnya, yang
menyebabkan harga beras di pasaran melambung tinggi, apabila disertai jumlah
uang yang beredar tidak ditambah, maka kenaikan harga beras akan berhenti
dengan sendirinya. Inti yang kedua adalah laju inflasi ditentukan oleh laju
pertambahan uang yang beredar dan psikologi atau harapan masyarakat mengenai
kenaikan harga di masa yang akan datang.
2. Teori Keynes
Menurut
teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar batas
kemampuan ekonominya. Proses infllasi menurut teori ini adalah proses perebutan
bagian rezeki di antara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang
lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat. Proses ini
diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat akan barang-barang
selalu melebihi jumlah barang yang tersedia.
3. Teori Strukturalis
Teori
yang menyatakan bahwa inflasi didasarkan atas pengalaman di Negara Amerika
Latin. Teori ini memberi tekanan pada ketegaran dari struktur perekonomian yang
sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural
dari perekonomian. Menurut teori ini ketegaran utama ada dua macam:
1. Ketegaran pertama,
berupa ketidak-elastisan dari penerimaan ekspor, yaitu nilai ekspor yang tumbuh
secara lamban dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Kelambanan ini disebabkan
oleh harga di pasar dunia dari barang-barang ekspor negara tersebut makin tidak
menguntungkan dibanding dengan barang barang-barang impor yang harus dibayar.
2. Ketagaran kedua,
ketidak-elastisan dari produksi bahan makanan di dalam negeri. Produksi makanan
dalam negeri tidak tumbuh secepat pertambahan penduduk dan penghasilan per kapita,
sehingga harga bahan makanan di dalam negeri cenderung untuk menaik melebihi
barang barang lainnya.
Dengan
demikian inflasi dapat disimpulkan dari teori stukturalis yaitu, teori ini
menrengkan proses inflasi jangka panjang di negara-negara yang sedang
berkembang, jumlah uang yang beredar di masyarakat bertambah secara pasif
mengikuti dan menampung kenaikan harga barang-barang tersebut. Proses inflsi
tersebut dapat berlangsung terus hanya bila jumlah uang yang beredar juga
bertambah.
Pengelompokan Inflasi
1. Menurut Parah
Tidaknya Inflasi
1. a. Inflasi Ringan (di
bawah 10% setahun) ditandai dengan kenaikan harga berjalan secara lambat dengan
presentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif.
2. b. Inflasi Sedang (antara
10-30% setahun) ditandai dengan kenaikan harga yang relatif cepat atau perlu
diwaspadai dampaknya terhadap perekonomian
3. c. Inflasi Berat (antara
30-100% setahun) ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan
kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat
akselerasi yang artinya harga minggu atau bulan ini lebih tiggi daripada minggu
atau bulan sebelumnya.
4. d. Hiperinflasi (di atas
100% setahun) di mana inflasi ini paling parah akibatnya. Masyarakat tidak lagi
berkeinginan untuk menyimpan uang, nilai uang merosot dengan tajam, sehingga
ditukar dengan barang. Harga-harga naik lima sampai enam kali. Biasanya keadaan
ini timbul oleh adanya perang yang dibelanjai atau ditutupi dengan mencetak
uang.
2. Menurut Penyebab dari
Inflasi
1. a. Inflasi Permintaan (demand pull inflation). Inflasi ini
timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai macam barang terlalu kuat.
Inflasi ini terjadi karena kenaikan permintaan agregat di mana kondisi
perekonomian telah berada pada kesempatan kerja penuh. Jika kondisi produksi
telah berada pada kesempatan kerja penuh, maka kenaikan permintaan tidak lagi
mendorong kenaikan output ataupun produksi tetapi hanya mendorong kenaikan
harga-harga yang disebut inflasi murni.
2. b. Inflasi Biaya Produksi
(cost push inflation). Inflasi ini
timbul karena kenaikan biaya produksi atau berkurangnya penawaran agregatif.
Pada cost push inflation tingkat
penawaran lebih rendah dibandingkan tingkat permintaan. Karena adanya kenaikan
harga faktor produksi sehingga produsen terpakasa mengurangi produksinya sampai
jumlah tertentu.
3. Menurut Asal Usul
Inflasi
1.
Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation). Inflasi dari dalam negeri timbul misalnya
karena defisit anggaran belanja, panenan gagal, dan sebagainya.
2.
Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation) inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga
di luar negeri atau di negara-negara langganan berdagang kita. Inflasi dari
luar negeri adalah kenaikan harga-harga barang yang kita impor mengakibatkan
yaitu, secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian dari
barang-barang yang tercakup didalamnya berasal dari impor, secara tidak
langsung menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi dari berbagai
barang yang menggunakan bahan mentah, menimbulkan kenaikan harga di dalam
negeri, karena kenaikan harga barang-barang impor mengakibatkan kenaikan
pengeluaran pemerintah atau swasta yang berusaha mengimbangi kenaikan harga
impor tersebut.
4. Menurut Sifat
Inflasi
1. a. Inflasi Merayap (creeping inflation) ditandai dengan laju
inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun). Kenaikan harga berjalan secara
melambat, dengan presentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama.
2. b. Inflasi Menengah (galloping inflation) ditandai dengan
kenaikan harga yang cukup besar, dan kadangkala berjalan dalam waktu yang
relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya, harga-harga minggu
atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan lalu dan seterusnya. Efeknya
terhadap perekonomian lebih berat daripada inflasi yang merayap.
3. c. Inflasi Tinggi (hyper inflation) merupakan inflasi yang
paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai lima atau enam kali. Masyarakat
tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam,
sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Perputaran uang makin cepat, harga
naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah
mengalami defisit anggaran belanja.
5. Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS)
1. a. Inflasi Umum (Headline
Inflation) Inflasi umum adalah komposit dari inflasi inti, inflasi administired prices, dan inflasi volatile goods. Atau dengan kata lain
inflasi umum adalah inflasi seluruh barang dan jasa yang dimonitori secara
periodik
2. b. Inflasi Inti (core inflation), adalah inflasi barang
dan jasa yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi
secara umum, seperti ekspetasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan
permintaan dan penawaran, yang sifatnya cenderung permanen, persistent, dan
bersifat umum.
3. c. Inflasi yang harganya
diatur pemerintah (administered prices
inflation) inflasi barang dan jasa yang perkembangan harganya secara umum
dapat diatur pemerintah.
4. d. Inflasi Bergejolak (volatile goods) barang dan jasa yang
perkembangan harganya sangat bergejolak. Inflasi volatile goods masih
didominasi bahan makanan, sehingga sering disebut juga sebagai inflasi volatile
foods. Jumalh komoditasnya sebanyak 61 antara lain beras, minyak goreng, cabe,
daging ayam ras, dan sebagainya.
Beberapa Implikasi
Inflasi
Inflasi tidak selalu berdampak buruk bagi
perekonomian. Inflasi yang terkendali justru dapat meningkatkan kegiatan
perekonomian. Berikut adalah akibat-akibat yang ditimbulkan inflasi terhadap
kegiatan ekonomi masyarakat.
1. Dampak Inflasi
Terhadap Pendapatan
Inflasi
dapat mengubah pendapatan masyarakat. Perubahan dapat bersifat menguntungkan
atau merugikan. Pada beberapa kondisi (kondisi inlasi lunak), inflasi dapat
mendorong perkembangan ekonomi. Inflasi dapat mendorong para pengusaha memperluas
produksinya. Dengan demikian, akan tumbuh kesempatan kerja baru sekaligus
bertambahnya pendapatan seseorang. Namun, bagi masyarakat yang berpenghasilan
tetap inflasi akan menyebabkan mereka rugi karena penghasilan yang tetap itu
jika ditukarkan dengan barang dan jasa akan semakin sedikit.
2. Dampak Inflasi
Terhadap Ekspor
Pada
keadaan inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya
saing terjadi karena harga barang ekspor makin mahal. Masih dapat menyulitkan
para eksportir dan negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang
ekspor berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang
diperoleh juga semakin kecil.
3. Dampak Inflasi
terhadap Minat Masyarakat untuk Menabung
Pada
masa inflasi, pendapatan riil para penabung berkurang karena jumlah bunga yang
diterima pada kenyataanya berkurang karena laju Inflasi. Misalnya, bulan
Januari tahun 2006 seseorang menyetor uangnya ke bank daam bentuk deposit dalam
satu tahun. Deposito tersebut menghasilkan bunga sebesar, misalnya 15% per
tahun. Apabila tingkat inflasi sepanjang Januari 2009-Januari 2010 cukup
tinggi, katakanlah 11% , maka pendapatan dari uang yang didepositokan tinggal
4%. Minat orang untuk menabung berkurang.
4. Dampak Inflasi
Terhadap Sektor Rill
Pembahasan
dampak inflasi terhadap sektor riil secara khusus adalah akan menghambat atau
menggangu proses pertumbuhan di sektor riil. Hal ini dikarenakan, dengan
terjadinya inflasi maka tingkat pembelian masyarakat akan mengalami penurunan
dan selajutnya penurunan ini akan menyebabkan pihak produsen harus mengurangi
tingkat produksi (output) yang berujung kepada pemutusan hubungan kerja dan
bertambahnya pengangguran. Selain itu, disaat terjadi inflasi yang tinggi maka
suku bunga yang ditetapkan otoritas moneter juga meningkat. Oleh karena itu,
sektor riil pada saat suku bunga tinggi mengalami kesulitan dana baik untuk
meningkatkan produksi atau mengembangkan usahanya karena semakin tingginya
dalam biaya modal.
No comments:
Post a Comment