Sunday 7 January 2018

Sosiokultural

sumber gambar: www.dream.co.id
  Realitas Sosiokultural         
               Realitas sociokultural merupakan kenyataan atau keadaan yang bisa dlihat secara nyata “rill” menyangkut kondisi kehidupan manusia di dalam suatu kelompok yang disebut masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat terdapat segolongan atau sekelompok manusia yang saling menjalin suatu hubungan antara satu dengan yang lainnya, sehingga dapat menimbulkan suatu tata aturanbagi kehiduoan bersama, yang mana aturan tersebut berisi tentang sesuatu yang boleh dilakukan atau tidak. Dan kesepakatan sosial ini menjadi  panduan perilaku manusia dalam suatu kelompok sosial dimana mereka berada. Tata kelakuan merupakan hasil hubungan antar sesama manusia di dalam kelompok sosial untuk ditaati bersama, dan menjadi kebiasaan dalam berperilaku yang biasa disebut dengan kultur sosial.
            Telah dijelaskan bahwa sosiologi merupakan salah satu cabang ilmu yang memiliki objek kajian manusia yang hidup berkelompok yang biasa disebut masyarakat. Hubungan sosial membentuk kelompok sosial, lapisan sosial, instansi sosial, dinamika sosial, mobilitas sosial dan gejala sosial lainnya. Para pakar ilmu-ilmu sosial menyimpulkan bahwa manusia adalah makhluk soaial yang bersifat dinamis dan fungsional, maka masyarakat merupakan rangkaian antara elemen sosial yang dapat membentuk satu kesatuan kerja dalam rangka mendukung kelangsungan hidup masyarakat itu sendiri. Jika timbul suatu permasalahan pada salah satu elemen sosial maka akan mempengaruhi elemen sosial yang lain pula.
            Demikian dapa disimpulkan bahwa realitas sociocultural (sosial budaya) merupakan kenyataan-kenyataan atau keadaan sosial budaya yang menempati suatu daerah atau lingkungan sekitar kehidupan masyarakat. Dengan penggambaran sederhana bahwa realitas sociocultural adalah keadaan-keadaan sosial budaya yang dapat dilihat dan sering terjadi setiap waktu disekitar kehidupan masyarakat. Untuk mendapatkan gambaran lebih jelas dapat dilihat dari gejala-gejala sosial yang terjadi di sekitar tempat tinggal. Seperti, gejala sosial yang terjadi saat ada kegiatan kerja bakti di kampung, upacara perkawinan, pemakaman, kebiasaan mudik, kenakalan remaja, dan lain sebagainya. Kasus-kasus tersebut adalah realitas sosial budaya yang masing-masing tampak berdiri sendiri namun, tanpa disadari bahwa semua kasus tersebut memiliki hubungan yang saling terkait antara satu sama lain. Hubungan keterkaitan antara unsur-unsur tersebut disebut sistem sosial.

MASYARAKAT
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society;bahasa inggris) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab yakni “musyarak” yang artinya ikut serta (berpartisipasi). 
Banyak tokoh sosiologi yang juga mengemukakan pandangan mereka mengenai pengertian masyarakat. Berikut para tokoh sosiolog yang mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian masyarakat :
a. Emile Durhkeim, masyarakat sebagai suatu kenyataan objektif dari individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.
b. Karl Mark, masyarakat sebagai suatu struktur yang terdapat ketegangan sebagai akibat pertentangan antar kelas sosial sebagai akibat pembagian nilai-nilai ekonomi yang tidak merata di dalamnya.
c. M. J. Herskovits, masyarakat sebagai kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti cara hidup tertentu.
d. J. L. Gillin dan J. P. Gillin, masyarakat sebagai kelompok yang tersebar dengan perasaan persatuan yang sama.
e. Max Webber,masyarakat sebagai suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.
f. Selo Soemardjan, masyarakat sebagai orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
g. Paul B. Horton,masyarakat sebagai sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebdayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok tersebut. Di pihak dia mengatakan bahwa masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain.

Komponen-komponen masyarakat :
a. Sejumlah orang yang jumlahnya relatif besar, saling berinteraksi.
b. Menjadi struktur dan sistem sosial budaya, baik dalam skala kecil ataupun   skala besar antar kelompok.
c. Menempati wilayah tertentu dan hidup di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama bahkan hingga anatar generasi.

Ciri-ciri kehidupan masyarakat menurut Selo Soemardjan :
a. Hidup bersama-sama sekurang-kurangnya terdiri dari dua orang individu.
b. Berinteraksi atau bergaul dalam waktu yan cukup lama.
c. Kesadaran akan suatu kesatuan atau anggota dari kelompok masyarakat tersebut.
d. Merupakan suatu sistem bersama yang menimbulkan kebudayaan.

Kriteria masyarakat menurut Marrion Levy  :
a. Kemampuan bertahan yang melebihi masa hidup seorang anggota.
b. Perekrutan seluruh atau sebagian anggotanya melalui reproduksi atau kelahiran.
c. Adanya suatu sistem tindakan utama yang bersifat swasembada.
d. Kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama secara bersama-sama.
e. Melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya ( Tambahan dari Talcott Person )

SISTEM SOSIAL
            Sistem sosial merupakan hubungan saling terikat antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya, yang mana berfungsi untuk melakukan mekanisme kerja guna mencapai tujuan tertentu. Dalam pandagan ilmu-ilmu sosial, sistem sosial diartikan sebagai suatu hubungan antara bagian-bagian (elemen-elemen) di dalam kehidupan masyarakat terutama tindakan-tindakan manusia, lembaga sosial, dan kelompok-kelompok sosial yang saling mempengaruhi satu sama lain. Dan di dalam teori-teori sosial terdapat dua pndekatan yang selalu menjadi bahan referensi dalam setiap pembahasan atas gejala-gejala sosial, yaitu :
a. Pendekatan Fungsional
            Pendekatan ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Talcott Parson, yang mengemukakan beberapa point teori sistem sosial diantaranya :
1.      Kehidupan sosial itu terdiri dari gabungan-gabungan atau elemen-elemen yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
2.      Hubungan antar elemen tersebut bersifat saling pengaruh – mempengaruhi.
3.      Sistem sosial selalu bergerak kearah keseimbangan yang dinamis, artinya menanggapi perubahan yang terjadi akibat pengaruh yang datang dari luar demi mencapai integritas sosial.
4.      Integritas sosial yang terjadi dilakukan melalui proses adaptasi, institusionalisasi (pelembagaan) dan proses-proses yang lainnya.
5.      Perubahan sistem sosial teradi secara gradual, artinya melalui penyesuaian unsur-unsur.
6.      Perubahan sistem sosial disebabkan oleh adanya penemuan-penemuan baru di dalam masyarakat.
7.      Daya integritas sosial dari sistem sosial akibat terjadinya consensus (kesepakatan) antara nilai dan norma sosial yang merupakan prinsip dan tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakat.
Sedangkan menurut pendapat dari Cohen, mengemukakan teorinya bahwa sistem sosial berjalan seperti berikut :
1.      Nilai dan norma sosial merupakan unsur yang mendasari kehidupan sosial.
2.      Sistem sosial terbentuk karena asanya suatu komitmen.
3.      Sistem sosial didasari oleh solidaritas warga masyarakat.
4.      Sistem sosial didasari oleh adanya kerja sama.
5.      Sistem sosial cenderung bertahan lama.
6.      Sistem sosial selalu bertahan pada konsensus.
7.      Sistem sosial cenderung untuk berintegrasi.
8.      Dalam sistem sosial menuntut adanya otoritas (kewenangan) dan legitimitas (pengakuan).
Maka dari beberapa konsep tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.      Hakikat manusia seagai makhluk sosial adalah selalu hidup dalam keadaan saling ketergantungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
2.      Adanya ketergantungan tersebut mendorong manusia untuk berhubunngan dan berinteraksi dengan orang lain.
3.      Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain melalui interaksi sosial untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
4.      Akibat dari adanya interaksi sosial, maka muncullah nilai-nilai dan norma-norma sosial, adat istiadat, llmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan.
Dari pola pola hubungan kehidupan sosial tersebut maka terbentuklah struktur sosial baik dalam kelompok maupun masyarakat yang akhirnya menentukan corak kehidupannya.
b. Pendekatan Konflik
Konflik adaah keadaan anggota masyarakat yang saling bertikai, bertentangan, dan bersaing dengan keinginan untuk saling menyingkirkan, saling menjatuhkan, hingga memusnahkan satu sama lain demi kepentingan masing-masing. Walaupun harus menggunakan kekerasan sekalipun untuk mewujudkan keinginan tersebut. Pendekatan ini mengasumsikan kehidupan selalu berada dalam konflik.
Para penganut aliran ini adalah Karl Marx, Ralf Dahrendorft, Frederict Engle, serta tokoh-tokoh penganut Marxisme lainnya. Beberapa asumsi pendekatan konflik adalah :
1.      Salah satu kelompok lebih berkuasa dibandingkan kelompok yang lainnya adalah sebuah kenyataan yang tidak daat dihindari.
2.      Masyarakat merupakan suatu arena terjadinya konflik-konflik baik bersifat manifest (nyata) ataupun bersifat tidak nyata (laten).
3.      Kelompok yang berkuasa menggunakan sistem kepercayaan yang telah ada, media massa, dan sistem pendidikan untuk mempertahankan dan mengemangkan kekuasaannya.
4.      Dalam kondisi tercapainya konsensus, bentuk pencapaian tersebut bersifat semu atau samar sebab di dalamnya tersimpan konflik laten (konflik terpendam).
5.      Meskipun di dalam kehidupan sosial terdapat nilai dan norma, setiap langkah hidup manusia punya kecenderungan untuk melanggar, sehingga ketaatan masing-masing anggota masyarakat bersifat terpaksa.

STRUKTUR SOSIAL
Struktur sosial dipahami sebagai suatu bangunan sosial yang terdiri dari berbagai unsur pembentukan masyarakat. Unsur-unsur ini saling berhubungan antara satu sama lainsecara fungsional. Dapat diartikan bahwa jika terjadi perubahan suatu unsur, maka akan mengalami perubahan juga dalam struktur (tatanan) sosial.
Tiap unsur tersebut akan membantuk sistem atau pola hubungan yang menjadi roh dari struktur tersebut sekaligus akan menunjukkan dinamika sosial yang terjadi di dalamnya. Pola hubungan yang tejadi dari berbagai unsur kehidupan masyarakat ini akan menjadi ciri masyarakat tersebut mungkin akan berbeda dengan masyarakat yang lain..
Koentjaraningrat menjelaskan bahwa struktur sosial adalah kerangka yang dapat menggambarkan suatu kaitan dari berbagai unsur di dalam masyarakat.
Sementara itu, Soeleman B.Taneko menjelaskan bahwa struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial serta lapisan-lapisan sosial.
            Manusia pada dasarnya memiliki dua keinginan yang selalu melekat di dalam dirinya, yaitu untuk menyatu dengan manusia lain dan menyatu dengan alam lingkungannya dalam rangka untuk memudahkan proses hidupnya. Dengan demikian, manusia memiliki kecenderungan untuk bersatu agar bisa saling berhubungan dengan manusia lainnya dan alam lingkungannya. Hubungan antara manusia satu dengan lainnya atau manusia dengan alam sekitar diseut dengan interaksi. Dan dari interaksi tersebut akan menghasilkan produk-produk interaksi, yakni tata pergaulan yang berupa nilai dan norma yang berupa kebaikandan keburukan dalam ukuran kelompok tersebut.
            Selain adanya nilai, juga terdapat norma sebagai petunjuk arah untuk menentukan antara perilaku yang boleh dilakukan atau tidak. Nilai pada dasarnya merupakan cita-cita kehidupan kelompok itu sendiri, sebab nilai merupakan konsep tentang sesuatu yang baik, layak, patut dan pantas yang menjadi cita-cita bersama. Dan untuk mencapai cita-cita tersebut diperlukan kaidah-kaidah.
            Sebelum membahas panjang lebar tentang struktur sosial kita akan membahas terlebih dahulu menganai pengertian dari kata “sistem”. Sistem sendiri artinya hubungan saling terkait antara bagian satu dengan bagian lainnya yang berfungsi melakukan suatu mekanisme kerja untuk mencapai tujuan tertentu. Jika salah satu elemen atau komponen mengalami kerusakan fungsi dan peran, maka akan berpengaruh pada rusaknya komponen secara keseluruhan.

KOMPONEN DALAM STRUKTUR SOSIAL
            Dalam struktur sosial terdapat beberapa komponen yang tidak dapat terlepas dan mempengaruhi adanya struktur sosial tersebut. Berikut ini beberapa komponen yang ada dalam struktur sosial :
a. Status dan Peran
Status atau kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang-orang lainnya di dalam suatu  kelompok atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lainnya yang lebih besar. Adapun kedudukan sosial artinya tempat seeorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, di dalam lingkungan pergaulannya, prestise (harga diri) serta hak-hak dan kewajibannya.
Terdapat dua pengertian kedudukan sosial di dalam struktur sosial :
1. Kedudukan berarti tempat seseorang dalam pola tertentu. Dalam pengertian ini berarti seseorang dapat dikatakan mempunyai beberapa kedudukan, karena ia ikut serta dalam berbagai pola-pola kehidupan.
2. Kedudukan diartikan sebagai kumpulan hak dan kewajiban yang jika secara nyata dapat dilihat dalam gejala seperti; perbedaan hak dan kewajiban antara kepala sekolah dengan guru.
            Namun, jika dilihat dari proses memperolehnya, kedudukan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1.      Ascribed Status, yakni kedudukan seseorang yang didapatkan sejak lahir atau bersifat biologis seperti gender, dan kedudukan yang bersifat historis seperti keturunan raja dan lain sebagainya.
2.      Achieved Status, yakni kedudukan yang diperoleh melalui usaha yang disengaja, seperti seseorang yang karena kegigihannya meraih gelar insinyur yang menyebabkan dirinya dapat diterima bekerja di sebuah perusahaan besar dengan gaji yang tinggi.
3.      Assigned Status, yakni kedudukan yang diperoleh karena peran serta kepercayaan masyarakat, misalnya seseorang yang dapat menemukan solusi atau pemecahan terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi di suatu wilayah pedalaman. Maka ia mendapatkan kepercayaan sebagai seorang ketua adat, kepala suku dan lain sebagainya.
Peran merupakan pola tindakan atau perilaku yang diharapkan dari orang yang memiliki status tertentu, artinya jika seseorang melakukan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia telah menjalankan peranan. Dalam hal ini, peranan dan kedudukan  merupakan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena adanya saling ketergantungan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, dalam kehidupan sosial tidak ada kedudukan tanpa adanya pera dan tidak ada peran tanpa adanya kedudukan.
Dengan demikian, peran mengatur pola-pola perilaku seseorang dan batasan-batasan tertentu pada perilaku di dalam pola-pola kehidupan sosial. Oleh karena itu, hubungan sosial yang ada di dalam masyarakat adalah hubungan antara peranan-peranan individu di dalam kehidupan kelompok.Peranan-peranan tersebut diatur oleh norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.
b. Institusi Sosial
            Institusi sosial atau biasa disebut dengan lembaga sosial merupakan suatu alat untuk mengikat perilaku annggota masyarakat agar perilaku sesuai dengan tatanan atau aturan yang menjadi kesepakatan kelompok sosial. Jika dalam kehidupan sosial terdapat tatanan perilaku yang digunakan untuk mengatur perilaku anggota-anggota masyarakatnya, maka tatanan perilaku tersebut tidak akan menghasilkan apa-apa jika tidak dilengkapi dengan lembaga-lembaga sosial sebagai alat kontrol atas perilaku anggota masyarakat tersebut. Contoh institusi sosial yang biasa kita kenal dala m lingkungan masyarakat misalnya;
ü  Keluarga
ü  Lembaga pendidikan
ü  Lembaga agama
ü  Lembaga hukum
ü  Lembaga politik
ü  Lembaga ekonomi
c. Stratifikasi sosial
            Di dunia tidak ada manusia yang memiliki kualifikasi yang sama antara satu dengan yang lainnya, termasuk di dalamnya adalah kemampuan untuk mengakses kebutuhan hidupnya akan benda-benda yang memiliki nilai sosial ekonomi. Ketidaksamaan kualifikasi manusia di dalam kehidupan sosial tersebut melahirkan perbedaan kepemilikan akan benda-beda berharga secara sosial ekonomi. Perbedaan antara besar kecilnya kemampuan akses atas dasar tatanan sosial tersebut tanpa disengaja menimbulkan pengelompokan atas dasar perbedaan kepemilikan benda-benda berharga serta harga diri. Gejala inilah yang pada akhirnya menimbulkan sistem pelapisan sosial dalam masyarakat secara hierarki berbentuk mengerucut ke atas.
            Terdapat dasar-dasar atau ukuran yang menonjol dalam pembentukan pelapisan sosial antara lain :
ü  Kekayaan
ü  Kekuasaan dan wewenang
ü  Kehormatan
ü  Pendidikan atau ilmu pengetahuan
Menurut Soerjono Seokanto, bahwa stratifiksai dibagi ke dalam 3 sifat yaitu di antaranya:
1. Stratifikasi Sosial Tertutup (Close Social Stratification)
Stratifikasi sosial tertutup adalah pelapisan dalam masyarakat yang tidak memungkinkan masyarakat untuk berpindah dari tingkat yang satu ke tingkat yang lain. Stratifikasi sosial tertutup ini biasanya terjadi pada masyarakat yang bersifat kasta maupun feodal. Akibatnya kemajuan akan pola perilakunya sangat lambat.
Sistem pelapisan sosial tertutup di Indonesia terjadi pada masyarakat Bali. Masyarakat tersebut adalah penganut agama Hindu yang mengajarkan sistem kasta. Menurut ajaran Hindu bahwa masyarakat dibagi menjadi empat kasta yaitu Brahmana, Satria, Versia, dan Sudra. Dasar perkastaan tersebut adalah sesuai dengan keturunan. Dalam pelaksanaannya bahwa masyarakat hanya diperbolehkan untuk berinteraksi antar sesama kasta dan tidak memungkinkan untuk melakukan gerakan sosial antar kasta.
Dengan sistem stratifikasi tertutup demikian maka masyarakat menjadi terkungkum sehingga sulit untuk maju.

2. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)

Stratifikasi sosial terbuka memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk dapat berpindah dari posisi yang dimilikinya. Perpindahan ini dikarenakan adanya perbedaan kemampuan diantyara individu yang berkaitan dengan skill dan pengetahuan. Stratifikasi demikian biasanya terjadi pada masyarakat modern yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Dan terjadinya perpindahan ini dikarenakan faktor pendidikan.

3. Stratifikasi Sosial Campuran

Bentuk pelapisan sosial campuran ini biasanya terjadi pada masyarakat yang memiliki susunan yang heterogen. Letak daerahnya adalah peralihan antara desa dan kota sehingga masih memiliki dua kebudayaan yang masih menyatu. Stratifikasi sosial campuran adalah bentuk pelapisan yang terjadi dalam masyarakat yang memungkinkan terjadi suatu perpindahan atau mobilitas antar kelas pada batas-batas kelas tertentu. Misalnya, soerang masyarakat yang dapat bermutasi untuk bekerja sebagai pimpinan tidak memungkinkan untuk menjadi bangsawan atau tokoh masyarakat.
d. Kelompok Sosial (Social Group)
            Kelompok sosial merupakan akibat dari adanya konsekuensi dari kedudukan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu berkecenderungan hisup berkelompok dengan manusia lainnya (Gregoriusness). Akan tetapi, perbedaan dan persamaan karakter kepribadian, perbedaan kepentingan dan tujuan, perbedaan kebudayaan, adat istiadat bahasa, ras, dan agama masing-masingindividu, dan sebagainya tidak sekedarnya menyebabkan kecenderungan manusia untuk berkelompok dengan manusia lainnya sebagai konsekuensi manusia berkedudukan sebagai makhluk sosial, akan tetapi gejala tersebut mengakibatkan pada pegelompokan manusia atas dasar ciri dan karakter tertentu yang berujung pada in group dan out group feeling. Jadi, secara sederhana kelompok sosial dapat dikatakan kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya.
Menurut Biestedt :
ü  Kelompok Statistik
ü   Kelompok Kemasyarakatan
ü   Kelompok Sosial
ü   Kelompok Asosiasi
Menurut tokoh-tokoh sosiolog selain Biestedt :
ü  Kelompok Kekerabatan
ü  Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder
ü  Gemeinschaft dan Gesellschaft
ü  Kelompok Formal dan kelompok Informal
ü  Membership Group dan Reference Group
Konsekuensi dari adanya perbedaan kelompok sosial tersebut dapat melahirkan gejala sosial yang memunculkan kemunginan-kemungkianan pertentangan dan juga kerjasama. Namun, hal ini tergantung pada keadaan kelompok.
e. Dinamika Sosial
            Dinamika sosial merupakan salah satu penelaahan sosiologi yang membahas tentang perubahan-perubahan yang terjadi di dalam kehidupan sosial.
Berikutdefinisidinamikasosialmenurutbeberapaahli:
1.  MenurutSeloSoemardjan, perubahansosialadalahsegalaperubahanpadalembaga-lembagakemasyarakatan di dalamsuatumasyarakat yang memengaruhisistemsosialnya, termasuk di dalamnyanilai-nilaisikapdanpolaperilaku di antarakelompok-kelompokmasyarakat.
2.  MenurutWilliam F. Ogburn, bahwaruanglingkupperubahansosialmeliputiunsur-unsurkebudayaanbaik yang material maupun yang immaterial.
3.  MenurutKingsley Davis, perubahansosialadalahperubahan-perubahan yang terjadidalamstrukturdanfungsimasyarakat.
4.  MenurutSamuel Koening, perubahansosialmenunjukpadamodifikasi-modifikasi yang terjadipadakehidupanmasyarakat.
5.  MenurutMac Iver, perubahan sosiala dalah perubahan –perubahan dalam hubungan sosial atau perubahan terhadap keseimbangan sosial.
Dalam dinamika sosial terdapat objek pembahasan yang meliputi beberapa gejala-gejala sosial, antara lain :
1.      Pengendalian Sosial (Social Control)
Pengendalian sosial merupakan cara atau proses pengawasan baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan untuk mengajak, mendidik, bahkan memaksa para anggota masyarakat  mematuhi norma dan nilai yang berlaku.
2.      Penyimpangan Sosial (Role Expectation)
Perilaku menyimpang adalah perilaku sejumlah besar orang yang dianggap tidak sesuai dengan norma dan nilai yang berlakusehingga penyimpangan tersebut menimbulkan reaksi-reaksi tertentu seperti celaan,gunjingan, cemoohan, hingga menimbulkan hukuman.
3.      Mobilitas Sosial (Social Mobility)
Mobilitas sosial merupakan peristiwa sosial dimana individu atau kelompok bergerak tau berpindah dari satu kelas sosial ke lapisan kelas sosial yang lainnya baik pergerakan itu mengarah pada gerak sosial dari lapisan sosial atas ke bawah, atau sebaliknya.
4.      Perubahan Sosial (Social Change)
Perubahan sosial merupakan pergeseran nilai-nilai norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, pelapisan sosial, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan lain sebagainya. Perubahan sosial disebut juga transformasi sosial.

MASALAH SOSIAL
            Objek kajian sosiologi adalah sesuatu yang pokok, seperti interaksi sosial yang di dalamnya dibahas berbagai hubungan antar elemen sosial. Hubungan antar elemen inidipilah menjadi dua, yaitu keteraturan sosial (Social Order) dan ketidakteratura sosial (Social Disorder).
            Ketidakteraturan sosial inilah yang biasa disebut sebagai Patologi Sosial. Patologi sosial sebagai bagian objek kajian sosiologi seringkali disebut dengan masalah sosial. Dalam hal ini, Soerjono Soekanto membuat kriteria masalah sosial di antaranya :
1. Faktor ekonomi terdapat masalah kemiskinan, yang di dalamnya juga dibagi menjadi dua, yaitu kemiskinan struktural dan kemiskinan absolut.
2. Faktor biologis yang di dalamnya terdapat persoalan yang harus dipecahkan seperti masalah endemis atau penyakit menular. Misalnya flu burung dan demam berdarah.
3. Faktor psikologis, seperti depresi, stress, gangguan jiwa, gila, tekanan batin, keejahteraan jiwa, dan lain sebagainya.
4. Faktor sosial budaya, seperti perceraian, kriminalitas, pelecehan seksual, kenakalan remaja, konflik ras, krisis moneter, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini sosiologi menekankan objek pembahasan pada akar permasalahan tersebut, mencari alternatif pemecahannya sehingga kehidupan sosial mencapai titik keteraturannya kembali. Persoalan yang harus dicari jawabannya adalah mengapa manusia melakukan kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan yang menyebabkan ketidakteraturan sosial.


No comments:

Post a Comment

SEJARAH KEJAYAAN KERAJAAN MAJAPAHIT

Upaya yang dilakukan dalam menumpas pemberontakan Sadeng dan Keta pada masa pemerintahan Tribhuwana Wijayatunggadewi             Tahun...