sumber gambar: www.dream.co.id
Realitas Sosiokultural Realitas sociokultural merupakan kenyataan atau keadaan yang bisa dlihat secara nyata “rill” menyangkut kondisi kehidupan manusia di dalam suatu kelompok yang disebut masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat terdapat segolongan atau sekelompok manusia yang saling menjalin suatu hubungan antara satu dengan yang lainnya, sehingga dapat menimbulkan suatu tata aturanbagi kehiduoan bersama, yang mana aturan tersebut berisi tentang sesuatu yang boleh dilakukan atau tidak. Dan kesepakatan sosial ini menjadi panduan perilaku manusia dalam suatu kelompok sosial dimana mereka berada. Tata kelakuan merupakan hasil hubungan antar sesama manusia di dalam kelompok sosial untuk ditaati bersama, dan menjadi kebiasaan dalam berperilaku yang biasa disebut dengan kultur sosial.
Telah dijelaskan bahwa sosiologi
merupakan salah satu cabang ilmu yang memiliki objek kajian manusia yang hidup
berkelompok yang biasa disebut masyarakat. Hubungan sosial membentuk kelompok
sosial, lapisan sosial, instansi sosial, dinamika sosial, mobilitas sosial dan
gejala sosial lainnya. Para pakar ilmu-ilmu sosial menyimpulkan bahwa manusia
adalah makhluk soaial yang bersifat dinamis dan fungsional, maka masyarakat
merupakan rangkaian antara elemen sosial yang dapat membentuk satu kesatuan
kerja dalam rangka mendukung kelangsungan hidup masyarakat itu sendiri. Jika
timbul suatu permasalahan pada salah satu elemen sosial maka akan mempengaruhi
elemen sosial yang lain pula.
Demikian dapa disimpulkan bahwa
realitas sociocultural (sosial budaya) merupakan kenyataan-kenyataan atau
keadaan sosial budaya yang menempati suatu daerah atau lingkungan sekitar
kehidupan masyarakat. Dengan penggambaran sederhana bahwa realitas
sociocultural adalah keadaan-keadaan sosial budaya yang dapat dilihat dan
sering terjadi setiap waktu disekitar kehidupan masyarakat. Untuk mendapatkan
gambaran lebih jelas dapat dilihat dari gejala-gejala sosial yang terjadi di
sekitar tempat tinggal. Seperti, gejala sosial yang terjadi saat ada kegiatan
kerja bakti di kampung, upacara perkawinan, pemakaman, kebiasaan mudik,
kenakalan remaja, dan lain sebagainya. Kasus-kasus tersebut adalah realitas
sosial budaya yang masing-masing tampak berdiri sendiri namun, tanpa disadari
bahwa semua kasus tersebut memiliki hubungan yang saling terkait antara satu
sama lain. Hubungan keterkaitan antara unsur-unsur tersebut disebut sistem
sosial.
MASYARAKAT
Masyarakat (sebagai
terjemahan istilah society;bahasa
inggris) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup
(atau semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi adalah antara
individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat"
sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab yakni “musyarak” yang artinya ikut
serta (berpartisipasi).
Banyak tokoh
sosiologi yang juga mengemukakan pandangan mereka mengenai pengertian
masyarakat. Berikut para tokoh sosiolog yang mengemukakan pendapatnya mengenai
pengertian masyarakat :
a. Emile
Durhkeim, masyarakat sebagai suatu kenyataan objektif dari individu-individu
yang merupakan anggota-anggotanya.
b. Karl
Mark, masyarakat sebagai
suatu struktur yang terdapat ketegangan sebagai akibat pertentangan antar kelas
sosial sebagai akibat pembagian nilai-nilai ekonomi yang tidak merata di
dalamnya.
c.
M.
J. Herskovits, masyarakat
sebagai kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti cara hidup
tertentu.
d. J.
L. Gillin dan J. P. Gillin, masyarakat sebagai kelompok yang tersebar
dengan perasaan persatuan yang sama.
e.
Max
Webber,masyarakat sebagai suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya
ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.
f.
Selo
Soemardjan, masyarakat sebagai orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan.
g.
Paul
B. Horton,masyarakat sebagai sekumpulan manusia yang secara relatif
mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah
tertentu, memiliki kebdayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan
dalam kelompok tersebut. Di pihak dia mengatakan bahwa masyarakat adalah suatu
organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain.
Komponen-komponen masyarakat :
a.
Sejumlah orang yang jumlahnya relatif besar, saling berinteraksi.
b.
Menjadi struktur dan sistem sosial budaya, baik dalam skala kecil ataupun skala besar antar kelompok.
c.
Menempati wilayah tertentu dan hidup di dalam wilayah tersebut dalam jangka
waktu yang relatif lama bahkan hingga anatar generasi.
Ciri-ciri kehidupan masyarakat menurut Selo Soemardjan :
a.
Hidup bersama-sama sekurang-kurangnya terdiri dari dua orang individu.
b.
Berinteraksi atau bergaul dalam waktu yan cukup lama.
c.
Kesadaran akan suatu kesatuan atau anggota dari kelompok masyarakat tersebut.
d.
Merupakan suatu sistem bersama yang menimbulkan kebudayaan.
Kriteria masyarakat menurut Marrion Levy :
a.
Kemampuan bertahan yang melebihi masa hidup seorang anggota.
b.
Perekrutan seluruh atau sebagian anggotanya melalui reproduksi atau kelahiran.
c.
Adanya suatu sistem tindakan utama yang bersifat swasembada.
d.
Kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama secara bersama-sama.
e.
Melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya ( Tambahan dari Talcott Person
)
SISTEM SOSIAL
Sistem sosial merupakan hubungan saling
terikat antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya, yang mana berfungsi
untuk melakukan mekanisme kerja guna mencapai tujuan tertentu. Dalam pandagan
ilmu-ilmu sosial, sistem sosial diartikan sebagai suatu hubungan antara
bagian-bagian (elemen-elemen) di dalam kehidupan masyarakat terutama
tindakan-tindakan manusia, lembaga sosial, dan kelompok-kelompok sosial yang
saling mempengaruhi satu sama lain. Dan di dalam teori-teori sosial terdapat
dua pndekatan yang selalu menjadi bahan referensi dalam setiap pembahasan atas
gejala-gejala sosial, yaitu :
a.
Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini menggunakan teori
yang dikemukakan oleh Talcott Parson, yang mengemukakan
beberapa point teori sistem sosial diantaranya :
1.
Kehidupan sosial itu
terdiri dari gabungan-gabungan atau elemen-elemen yang saling berhubungan
antara satu dengan yang lainnya.
2. Hubungan
antar elemen tersebut bersifat saling pengaruh – mempengaruhi.
3. Sistem
sosial selalu bergerak kearah keseimbangan yang dinamis, artinya menanggapi
perubahan yang terjadi akibat pengaruh yang datang dari luar demi mencapai
integritas sosial.
4. Integritas
sosial yang terjadi dilakukan melalui proses adaptasi, institusionalisasi
(pelembagaan) dan proses-proses yang lainnya.
5. Perubahan
sistem sosial teradi secara gradual, artinya melalui penyesuaian unsur-unsur.
6. Perubahan
sistem sosial disebabkan oleh adanya penemuan-penemuan baru di dalam
masyarakat.
7.
Daya integritas sosial
dari sistem sosial akibat terjadinya consensus (kesepakatan) antara nilai dan
norma sosial yang merupakan prinsip dan tujuan yang ingin dicapai oleh
masyarakat.
Sedangkan
menurut pendapat dari Cohen, mengemukakan teorinya bahwa
sistem sosial berjalan seperti berikut :
1. Nilai
dan norma sosial merupakan unsur yang mendasari kehidupan sosial.
2. Sistem
sosial terbentuk karena asanya suatu komitmen.
3. Sistem
sosial didasari oleh solidaritas warga masyarakat.
4. Sistem
sosial didasari oleh adanya kerja sama.
5. Sistem
sosial cenderung bertahan lama.
6. Sistem
sosial selalu bertahan pada konsensus.
7. Sistem
sosial cenderung untuk berintegrasi.
8. Dalam
sistem sosial menuntut adanya otoritas (kewenangan) dan legitimitas
(pengakuan).
Maka dari beberapa
konsep tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.
Hakikat manusia seagai
makhluk sosial adalah selalu hidup dalam keadaan saling ketergantungan dan
saling mempengaruhi satu sama lain.
2. Adanya
ketergantungan tersebut mendorong manusia untuk berhubunngan dan berinteraksi
dengan orang lain.
3. Manusia
tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain melalui interaksi sosial
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
4.
Akibat dari adanya
interaksi sosial, maka muncullah nilai-nilai dan norma-norma sosial, adat
istiadat, llmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan.
Dari
pola pola hubungan kehidupan sosial tersebut maka terbentuklah struktur sosial
baik dalam kelompok maupun masyarakat yang akhirnya menentukan corak
kehidupannya.
b.
Pendekatan Konflik
Konflik
adaah keadaan anggota masyarakat yang saling bertikai, bertentangan, dan
bersaing dengan keinginan untuk saling menyingkirkan, saling menjatuhkan,
hingga memusnahkan satu sama lain demi kepentingan masing-masing. Walaupun
harus menggunakan kekerasan sekalipun untuk mewujudkan keinginan tersebut.
Pendekatan ini mengasumsikan kehidupan selalu berada dalam konflik.
Para
penganut aliran ini adalah Karl Marx, Ralf Dahrendorft, Frederict Engle,
serta tokoh-tokoh penganut Marxisme
lainnya. Beberapa asumsi pendekatan konflik adalah :
1.
Salah satu kelompok
lebih berkuasa dibandingkan kelompok yang lainnya adalah sebuah kenyataan yang
tidak daat dihindari.
2.
Masyarakat merupakan
suatu arena terjadinya konflik-konflik baik bersifat manifest (nyata) ataupun bersifat tidak nyata (laten).
3. Kelompok
yang berkuasa menggunakan sistem kepercayaan yang telah ada, media massa, dan
sistem pendidikan untuk mempertahankan dan mengemangkan kekuasaannya.
4. Dalam
kondisi tercapainya konsensus, bentuk pencapaian tersebut bersifat semu atau
samar sebab di dalamnya tersimpan konflik laten (konflik terpendam).
5.
Meskipun di dalam
kehidupan sosial terdapat nilai dan norma, setiap langkah hidup manusia punya
kecenderungan untuk melanggar, sehingga ketaatan masing-masing anggota
masyarakat bersifat terpaksa.
STRUKTUR SOSIAL
Struktur
sosial dipahami sebagai suatu bangunan sosial yang terdiri dari berbagai unsur
pembentukan masyarakat. Unsur-unsur ini saling berhubungan antara satu sama
lainsecara fungsional. Dapat diartikan bahwa jika terjadi perubahan suatu
unsur, maka akan mengalami perubahan juga dalam struktur (tatanan) sosial.
Tiap
unsur tersebut akan membantuk sistem atau pola hubungan yang menjadi roh dari
struktur tersebut sekaligus akan menunjukkan dinamika sosial yang terjadi di
dalamnya. Pola hubungan yang tejadi dari berbagai unsur kehidupan masyarakat
ini akan menjadi ciri masyarakat tersebut mungkin akan berbeda dengan masyarakat
yang lain..
Koentjaraningrat
menjelaskan bahwa struktur sosial adalah kerangka yang dapat menggambarkan
suatu kaitan dari berbagai unsur di dalam masyarakat.
Sementara
itu, Soeleman
B.Taneko menjelaskan bahwa struktur sosial adalah keseluruhan jalinan
antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial,
lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial serta lapisan-lapisan sosial.
Manusia pada dasarnya memiliki dua
keinginan yang selalu melekat di dalam dirinya, yaitu untuk menyatu dengan
manusia lain dan menyatu dengan alam lingkungannya dalam rangka untuk
memudahkan proses hidupnya. Dengan demikian, manusia memiliki kecenderungan
untuk bersatu agar bisa saling berhubungan dengan manusia lainnya dan alam
lingkungannya. Hubungan antara manusia satu dengan lainnya atau manusia dengan
alam sekitar diseut dengan interaksi. Dan dari interaksi tersebut akan
menghasilkan produk-produk interaksi, yakni tata pergaulan yang berupa nilai
dan norma yang berupa kebaikandan keburukan dalam ukuran kelompok tersebut.
Selain adanya nilai, juga terdapat
norma sebagai petunjuk arah untuk menentukan antara perilaku yang boleh
dilakukan atau tidak. Nilai pada dasarnya merupakan cita-cita kehidupan
kelompok itu sendiri, sebab nilai merupakan konsep tentang sesuatu yang baik,
layak, patut dan pantas yang menjadi cita-cita bersama. Dan untuk mencapai
cita-cita tersebut diperlukan kaidah-kaidah.
Sebelum membahas panjang lebar
tentang struktur sosial kita akan membahas terlebih dahulu menganai pengertian
dari kata “sistem”. Sistem sendiri artinya hubungan saling terkait antara
bagian satu dengan bagian lainnya yang berfungsi melakukan suatu mekanisme
kerja untuk mencapai tujuan tertentu. Jika salah satu elemen atau komponen
mengalami kerusakan fungsi dan peran, maka akan berpengaruh pada rusaknya
komponen secara keseluruhan.
KOMPONEN DALAM STRUKTUR SOSIAL
Dalam struktur sosial terdapat
beberapa komponen yang tidak dapat terlepas dan mempengaruhi adanya struktur
sosial tersebut. Berikut ini beberapa komponen yang ada dalam struktur sosial :
a. Status dan Peran
Status
atau kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial, sehubungan dengan orang-orang lainnya di dalam suatu kelompok atau tempat suatu kelompok
sehubungan dengan kelompok-kelompok lainnya yang lebih besar. Adapun kedudukan sosial artinya tempat seeorang
secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, di dalam
lingkungan pergaulannya, prestise (harga diri) serta hak-hak dan kewajibannya.
Terdapat
dua pengertian kedudukan sosial di dalam struktur sosial :
1.
Kedudukan berarti tempat seseorang dalam pola tertentu. Dalam pengertian ini
berarti seseorang dapat dikatakan mempunyai beberapa kedudukan, karena ia ikut
serta dalam berbagai pola-pola kehidupan.
2.
Kedudukan diartikan sebagai kumpulan hak dan kewajiban yang jika secara nyata
dapat dilihat dalam gejala seperti; perbedaan hak dan kewajiban antara kepala
sekolah dengan guru.
Namun, jika dilihat dari proses
memperolehnya, kedudukan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1.
Ascribed Status,
yakni kedudukan seseorang yang didapatkan sejak lahir atau bersifat biologis
seperti gender, dan kedudukan yang bersifat historis seperti keturunan raja dan
lain sebagainya.
2. Achieved
Status, yakni kedudukan yang diperoleh melalui
usaha yang disengaja, seperti seseorang yang karena kegigihannya meraih gelar
insinyur yang menyebabkan dirinya dapat diterima bekerja di sebuah perusahaan
besar dengan gaji yang tinggi.
3.
Assigned Status,
yakni kedudukan yang diperoleh karena peran serta kepercayaan masyarakat,
misalnya seseorang yang dapat menemukan solusi atau pemecahan terhadap
masalah-masalah sosial yang terjadi di suatu wilayah pedalaman. Maka ia
mendapatkan kepercayaan sebagai seorang ketua adat, kepala suku dan lain sebagainya.
Peran
merupakan pola tindakan atau perilaku yang diharapkan dari orang yang memiliki
status tertentu, artinya jika seseorang melakukan hak-hak dan kewajiban sesuai
dengan kedudukannya, maka ia telah menjalankan peranan. Dalam hal ini, peranan
dan kedudukan merupakan merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena adanya saling ketergantungan satu
dengan yang lainnya. Dengan demikian, dalam kehidupan sosial tidak ada
kedudukan tanpa adanya pera dan tidak ada peran tanpa adanya kedudukan.
Dengan
demikian, peran mengatur pola-pola perilaku seseorang dan batasan-batasan
tertentu pada perilaku di dalam pola-pola kehidupan sosial. Oleh karena itu, hubungan sosial yang ada di dalam masyarakat
adalah hubungan antara peranan-peranan individu di dalam kehidupan kelompok.Peranan-peranan
tersebut diatur oleh norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.
b. Institusi Sosial
Institusi sosial atau biasa disebut
dengan lembaga sosial merupakan suatu alat untuk mengikat perilaku annggota
masyarakat agar perilaku sesuai dengan tatanan atau aturan yang menjadi
kesepakatan kelompok sosial. Jika dalam kehidupan sosial terdapat tatanan
perilaku yang digunakan untuk mengatur perilaku anggota-anggota masyarakatnya,
maka tatanan perilaku tersebut tidak akan menghasilkan apa-apa jika tidak
dilengkapi dengan lembaga-lembaga sosial sebagai alat kontrol atas perilaku
anggota masyarakat tersebut. Contoh institusi sosial yang biasa kita kenal dala
m lingkungan masyarakat misalnya;
ü Keluarga
ü Lembaga
pendidikan
ü Lembaga
agama
ü Lembaga
hukum
ü Lembaga
politik
ü Lembaga
ekonomi
c. Stratifikasi sosial
Di dunia tidak ada manusia yang
memiliki kualifikasi yang sama antara satu dengan yang lainnya, termasuk di
dalamnya adalah kemampuan untuk mengakses kebutuhan hidupnya akan benda-benda
yang memiliki nilai sosial ekonomi. Ketidaksamaan kualifikasi manusia di dalam
kehidupan sosial tersebut melahirkan perbedaan kepemilikan akan benda-beda
berharga secara sosial ekonomi. Perbedaan antara besar kecilnya kemampuan akses
atas dasar tatanan sosial tersebut tanpa disengaja menimbulkan pengelompokan
atas dasar perbedaan kepemilikan benda-benda berharga serta harga diri. Gejala
inilah yang pada akhirnya menimbulkan sistem pelapisan sosial dalam masyarakat
secara hierarki berbentuk mengerucut ke atas.
Terdapat dasar-dasar atau ukuran
yang menonjol dalam pembentukan pelapisan sosial antara lain :
ü Kekayaan
ü Kekuasaan
dan wewenang
ü Kehormatan
ü Pendidikan
atau ilmu pengetahuan
Menurut Soerjono
Seokanto, bahwa stratifiksai dibagi ke dalam 3 sifat yaitu di
antaranya:
1. Stratifikasi Sosial Tertutup (Close Social
Stratification)
Stratifikasi sosial tertutup adalah pelapisan dalam
masyarakat yang tidak memungkinkan masyarakat untuk berpindah dari tingkat yang
satu ke tingkat yang lain. Stratifikasi sosial tertutup ini biasanya terjadi
pada masyarakat yang bersifat kasta maupun feodal. Akibatnya kemajuan akan pola
perilakunya sangat lambat.
Sistem pelapisan sosial tertutup di Indonesia terjadi
pada masyarakat Bali. Masyarakat tersebut adalah penganut agama Hindu yang
mengajarkan sistem kasta. Menurut ajaran Hindu bahwa masyarakat dibagi menjadi
empat kasta yaitu Brahmana, Satria, Versia, dan Sudra. Dasar perkastaan
tersebut adalah sesuai dengan keturunan. Dalam pelaksanaannya bahwa masyarakat
hanya diperbolehkan untuk berinteraksi antar sesama kasta dan tidak
memungkinkan untuk melakukan gerakan sosial antar kasta.
Dengan sistem stratifikasi tertutup demikian maka
masyarakat menjadi terkungkum sehingga sulit untuk maju.
2. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)
Stratifikasi
sosial terbuka memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk dapat berpindah dari
posisi yang dimilikinya. Perpindahan ini dikarenakan adanya perbedaan kemampuan
diantyara individu yang berkaitan dengan skill dan pengetahuan. Stratifikasi demikian
biasanya terjadi pada masyarakat modern yang memiliki tingkat pendidikan yang
tinggi. Dan terjadinya perpindahan ini dikarenakan faktor pendidikan.
3. Stratifikasi Sosial Campuran
Bentuk
pelapisan sosial campuran ini biasanya terjadi pada masyarakat yang memiliki
susunan yang heterogen. Letak daerahnya adalah peralihan antara desa dan kota
sehingga masih memiliki dua kebudayaan yang masih menyatu. Stratifikasi sosial
campuran adalah bentuk pelapisan yang terjadi dalam masyarakat yang
memungkinkan terjadi suatu perpindahan atau mobilitas antar kelas pada
batas-batas kelas tertentu. Misalnya, soerang masyarakat yang dapat bermutasi
untuk bekerja sebagai pimpinan tidak memungkinkan untuk menjadi bangsawan atau
tokoh masyarakat.
d. Kelompok Sosial (Social Group)
Kelompok sosial merupakan akibat dari adanya konsekuensi
dari kedudukan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu berkecenderungan
hisup berkelompok dengan manusia lainnya (Gregoriusness). Akan tetapi,
perbedaan dan persamaan karakter kepribadian, perbedaan kepentingan dan tujuan,
perbedaan kebudayaan, adat istiadat bahasa, ras, dan agama
masing-masingindividu, dan sebagainya tidak sekedarnya menyebabkan
kecenderungan manusia untuk berkelompok dengan manusia lainnya sebagai konsekuensi
manusia berkedudukan sebagai makhluk sosial, akan tetapi gejala tersebut
mengakibatkan pada pegelompokan manusia atas dasar ciri dan karakter tertentu
yang berujung pada in group dan out group feeling. Jadi, secara
sederhana kelompok sosial dapat dikatakan kumpulan
manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling
berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku para
anggotanya.
Menurut Biestedt :
ü
Kelompok Statistik
ü
Kelompok Kemasyarakatan
ü
Kelompok Sosial
ü
Kelompok
Asosiasi
Menurut tokoh-tokoh sosiolog selain Biestedt :
ü
Kelompok Kekerabatan
ü
Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder
ü
Gemeinschaft dan Gesellschaft
ü
Kelompok Formal dan kelompok Informal
ü
Membership
Group dan Reference Group
Konsekuensi
dari adanya perbedaan kelompok sosial tersebut dapat melahirkan gejala sosial
yang memunculkan kemunginan-kemungkianan pertentangan dan juga kerjasama.
Namun, hal ini tergantung pada keadaan kelompok.
e. Dinamika Sosial
Dinamika
sosial merupakan salah satu penelaahan sosiologi yang membahas tentang
perubahan-perubahan yang terjadi di dalam kehidupan sosial.
Berikutdefinisidinamikasosialmenurutbeberapaahli:
1. MenurutSeloSoemardjan,
perubahansosialadalahsegalaperubahanpadalembaga-lembagakemasyarakatan di
dalamsuatumasyarakat yang memengaruhisistemsosialnya, termasuk di
dalamnyanilai-nilaisikapdanpolaperilaku di antarakelompok-kelompokmasyarakat.
2. MenurutWilliam F. Ogburn,
bahwaruanglingkupperubahansosialmeliputiunsur-unsurkebudayaanbaik yang material
maupun yang immaterial.
3. MenurutKingsley Davis,
perubahansosialadalahperubahan-perubahan yang
terjadidalamstrukturdanfungsimasyarakat.
4. MenurutSamuel Koening,
perubahansosialmenunjukpadamodifikasi-modifikasi yang terjadipadakehidupanmasyarakat.
5. MenurutMac Iver, perubahan sosiala dalah
perubahan –perubahan dalam hubungan sosial atau perubahan terhadap keseimbangan
sosial.
Dalam
dinamika sosial terdapat objek pembahasan yang meliputi beberapa gejala-gejala
sosial, antara lain :
1.
Pengendalian
Sosial (Social Control)
Pengendalian
sosial merupakan cara atau proses pengawasan baik yang direncanakan maupun yang
tidak direncanakan untuk mengajak, mendidik, bahkan memaksa para anggota
masyarakat mematuhi norma dan nilai yang
berlaku.
2.
Penyimpangan
Sosial (Role Expectation)
Perilaku
menyimpang adalah perilaku sejumlah besar orang yang dianggap tidak sesuai
dengan norma dan nilai yang berlakusehingga penyimpangan tersebut menimbulkan
reaksi-reaksi tertentu seperti celaan,gunjingan, cemoohan, hingga menimbulkan
hukuman.
3.
Mobilitas
Sosial (Social Mobility)
Mobilitas
sosial merupakan peristiwa sosial dimana individu atau kelompok bergerak tau
berpindah dari satu kelas sosial ke lapisan kelas sosial yang lainnya baik
pergerakan itu mengarah pada gerak sosial dari lapisan sosial atas ke bawah,
atau sebaliknya.
4.
Perubahan
Sosial (Social Change)
Perubahan sosial merupakan
pergeseran nilai-nilai norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi,
susunan lembaga kemasyarakatan, pelapisan sosial, kekuasaan dan wewenang,
interaksi sosial, dan lain sebagainya. Perubahan sosial disebut juga
transformasi sosial.
MASALAH SOSIAL
Objek kajian
sosiologi adalah sesuatu yang pokok, seperti interaksi sosial yang di dalamnya
dibahas berbagai hubungan antar elemen sosial. Hubungan antar elemen inidipilah
menjadi dua, yaitu keteraturan sosial (Social Order) dan ketidakteratura sosial
(Social Disorder).
Ketidakteraturan sosial inilah yang
biasa disebut sebagai Patologi Sosial. Patologi sosial
sebagai bagian objek kajian sosiologi seringkali disebut dengan masalah sosial.
Dalam hal ini, Soerjono Soekanto membuat kriteria masalah sosial di antaranya :
1. Faktor
ekonomi terdapat masalah kemiskinan, yang di dalamnya juga dibagi menjadi dua,
yaitu kemiskinan struktural dan kemiskinan absolut.
2. Faktor
biologis yang di dalamnya terdapat persoalan yang harus dipecahkan seperti
masalah endemis atau penyakit menular. Misalnya flu burung dan demam berdarah.
3. Faktor
psikologis, seperti depresi, stress, gangguan jiwa, gila, tekanan batin,
keejahteraan jiwa, dan lain sebagainya.
4. Faktor
sosial budaya, seperti perceraian, kriminalitas, pelecehan seksual, kenakalan
remaja, konflik ras, krisis moneter, dan lain sebagainya.
Dalam hal
ini sosiologi menekankan objek pembahasan pada akar permasalahan tersebut,
mencari alternatif pemecahannya sehingga kehidupan sosial mencapai titik
keteraturannya kembali. Persoalan yang harus dicari jawabannya adalah mengapa
manusia melakukan kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan yang menyebabkan
ketidakteraturan sosial.
No comments:
Post a Comment